Rabu, 27 Oktober 2010

Kejadian di Tanah Suci ....

" hhmm...ntar aja deh kalo berangkat haji, pas anak anak udah besar, paling nggak SMA, dan usiaku sudah matang, jadi sudah siap untuk berhaji bersama keluarga utuh..."  Pernyataan itu selalu terbesit dalam hati setiap menyaksikan tayangan jutaan umat manusia di televisi sedang tawaf mengelilingi Kabah dan wukuf di Arafah...
Yah..manusia hanya bisa berkehendak, namun Allah SWT jualah yang menentukan garis hidup kita...Ternyata, panggilan menuju tanah suci untuk berhaji aku jauh lebih cepat aku dapatkan di usia yang relatif muda, 28 tahun saat itu bulan Februari 2002 karena nazar ketika sembuh dari sakit setelah melahirkan anak keduaku...Dan aku berangkat seorang diri, tanpa suami, anak, dan orang tua atau saudara, hanya karena memang Allah menghendaki dan membuka jalan bagiku untuk memenuhi janjiku pada NYA (di posting : Jalan Menuju RumahNYA..)   Perjalalanan cukup panjang dan berliku untuk berangkat haji, dan tak akan kulupa seumur hidup....

Senang, bahagia, haru, rasanya, walaupun ada perasaan sedih karena harus berangkat haji meninggalkan anak anakku yang masih kecil....dan keluarga menitipkan diriku ke  ketua rombongan yang mendampingi selama haji disana sebagai muhrimku..Saat berangkat, di  bulan Februari 2002 Jakarta dilanda banjir besar.., yang membuat aku dan rombongan terpaksa membuka alas kaki, melipat celana panjang nyemplung di air setinggi lutut, menaiki bis yang dicharter untuk ke pondokan haji di Pondok Gede..Alhamdulilah, perjalanan ke pondokan lancar dan saat pesawat akan lepas landas meninggalkan Jakarta menuju King Abdul Azis, Arab Saudi, di kaca pesawat perlahan lahan bayangan anak anakku muncul dengan senyumnya seolah memberiku semangat..."Ya Allah...terimakasih Engkau telah menuntunku untuk ke rumahMu, aku titipkan semua yang kutinggalkan di tanah air padaMu...dan pertemukanlah kami kembali setelah berhaji dengan sehat dan selamat....."    hanya itu yang bisa kuucapkan sambil menghapus tetesan air di pipi....



Selepas mendarat di bandara King Abdul Azis Arab Saudi, kami segera mandi untuk berihrom, segera meluncur ke Makah dengan bis yang tersedia, menurunkan bagasi sebentar untuk disimpan di kamar Maktab kami menginap, dan langsung tawaf serta syai di Masjidil Haram...Kebetulan kami berangkat kloter terakhir sehingga menjadi jamaah haji tamatu.., melaksanakan semua rukun dan ibadah wajib terlebih dahulu, baru disusul ibadah sunah...Rasa lelah tidak aku rasakan, karena sudah tidak sabar ingin memasuki Masjidil Haram, melihat dan menyentuh langsung bangunan kotak hitam Kabah yang selama ini hanya bisa kupandangi di televisi atau berupa gambar di sajadah setiap sholat....Maktab kami berada di daerah Haffair, cukup berjalan kaki santai 20 menit, sudah sampai di Masjidil Haram... Kami berjalan  beriringan sambil mengucapkan doa talbiyah berulang ulang : "  Labbaika Allaahumma Labbaik....Labbaika Laa Syariiikalaka Labbaik..Innalhamda, Wanimata Laka Walmulka Laa Syariikalaka....Aku datang memenuhi penggilanMu Ya Allah...Aku datang memenuhi panggilanMu Ya Allah...Tidak ada sekutu bagiMu Ya Allah...Aku penuhi penggilanMu..Sesungguhnya, segala puji dan nikmat adalah milikMu semata mata, segenap kekuasaan milikMu. Tidak ada sekutu bagiMu..."

Setiba di depan pintu masuk Masjidil Haram, perlahan lahan aku melihat Kabah, bangunan kotak hitam yang selama ini hanya kupandang lewat televisi atau lukisan atau gambar saja...dan sekarang, selangkah demi selangkah kami mendekatinya untuk mengelilinginya...wangi dan anggun Kabah malam itu.....Sejak saat itulah air mataku tidak bisa berhenti menetes, semakin kutahan agar air mata ini tidak jatuh, malah semakin deras mengalir....Masyaallah..baru sekarang aku mengerti mengapa orang orang yang kulihat tawaf di TV menangis saat tawaf...Di dalam dada ini bergejolak perasaan yang campur baur, sulit untuk diungkapkan dengan kata.... Hampir 3 bungkus tissue kotak di tas kecilku yang kusampirkan di badan ini habis hanya untuk mengelap air mata dan cairan hidung yang keluar seolah tidak mau berhenti...Pada tawaf putaran ketiga, kami serombongan yang awalnya rapi dengan formasi awal, terpaksa tercerai berai oleh desakan rombongan lain jamaah kulit hitam dan turki yang tenaga dan fisiknya jauh lebih besar. Akupun demikian..langsung terlempar ke dekat dinding Kabah, seorang diri tawaf dengan kaki yang tidak menyentuh lantai masjid, karena badan ini terjepit dan terseret oleh jamaah haji lain, dan aku hanya bisa berusaha agar wajah ini ada dipermukaan lautan manusia untuk bernafas, mengambil oksigen...Sesaat panik, namun akhirnya aku pasrah, berserah diri pada NYA...



Alhamdulilah, ibadah tawaf dapat diselesaikan dengan baik, juga sempat
berdoa di multazam, sholat sunah di hijir Ismail, Makan Ibrahim, Hajar Aswad dan talang emas....Bersusah payah aku berusaha keluar menjauhi Kabah dari lautan manusia, dan disaat itulah tiba tiba ada orang berkulit hitam tak dikenal berpakaian ihrom, tinggi besar menghampiriku dengan melambaikan isyarat tangan berucap " Hajah..hajah...come...come...." sambil menarik lengan dan menggendongku di punggungnya..aku hanya bisa mengalungkan lenganku erat erat di lehernya sambil memejamkan mata dan terus berdoa agar segera bisa keluar dari pusaran manusia ini...Sudah tidak peduli lagi dengan keringat yang membasahi punggung orang negro itu, bau atau tidak, yang penting aku sudah nyaman dan aman dalam gendongannya dan dia yang bersusah payah menerobos kerumunan orang tawaf...(kalo sekarang ingat peristiwa itu, jadi ingat lagu alm mbah Surip : tak gendong...kemana mana, enak toh...mendingan tak gendong toh...ternyata memang enak juga digendong apalagi kepepet......) Akhirnya tidak lama aku  turun perlahan dari gendongan sampai juga di tangga dekat air zam zam, jauh dari lingkaran orang tawaf...., dengan nafas terengah engah dan saat membuka mata hendak mengucapkan terimakasih "syukron..." lho... kok orang negro tadi hilang entah kemana, cepat sekali menghilangnya...tak berbekas...aneh...Subhanallah.....

Aku terduduk dan terdiam seorang diri saat itu melepas lelah sambil meneguk air zam zam, dan berucap dalam hati..." Ya Allah, baru saja aku menginjakkan kaki pertama kali di rumahMu berhaji, sudah terpisah dari rombongan sendirian lagi...bagaimana nasib teman teman ya..."  Hampir setengah jam aku menunggu setelah sholat Isya belum ketemu seorangpun teman satu rombongan, akhirnya kuputuskan untuk melakukan syai sendirian....membaca doa di buku dan doa sapu jagad yang kuhapal saat manasik....selesai syai potong rambut / tahalul pun aku lakukan sendiri dibantu jamaah dari malaysia yang baru saja kenal. Belum juga ketemu satupun dengan teman dari rombonganku...Yah..memang di tanah suci, banyak hal hal yang tidak terduga..., seperti terpisah dari rombongan ini...sendirian lagi...persis anak ayam kehilangan induknya... sabar dan pasrah..hanya itu yang aku tekankan dalam hati menghadapi ini semua...Dan akupun berjalan dengan kenalan baru jamaah Turki menuju restoran terdekat di luar masjid untuk membeli kebab mengganjal perutku yang kelaparan....saat hendak membeli minuman, Alhamdulilah kami serombongan dipertemukan kembali untuk bersama sama istirahat di maktab..

Dari beberapa kali ibadah umroh,  tawaf dan syai yang kami lakukan, ada satu kejadian tak terlupa hingga kini...saat aku dan rombongan duduk berdoa menunggu waktu sholat zuhur didalam mesjid  sebelum dilanjutkan tawaf,  tiba tiba ada seorang nenek tua entah dari Afganistan atau Palestina, menggamit lenganku seraya menarikku setengah berlari ke arah kerumunan orang tawaf...aku sempat menolak dengan bahasa isyarat, karena saat itu cuaca panas terik..aku ingin sholat zuhur bersama rombongan di bagian masjid yang teduh saja...eehh...nenek itu malah tambah ngotot menyeretku untuk duduk berdoa di lantai hanya berjarak sekitar 2-3 meter dari kerumunan terluar orang tawaf....Aku segera duduk bersimpuh untuk berdoa dan tak lama, langit yang terik terasa sejuk di badan...tidak kurasa lagi hawa panas di wajahku, yang ada hanya sejuk dan dingin...dan setelah itu, terlihat pemandangan yang luar biasa, Kabah demikian terangnya, karena cahaya putih...sangat terang mengalahkan terangnya sinar matahari terik di siang hari,  yang kulihat seolah cahaya tadi menembus dari perut bumi hingga sekeliling kabah dan terus menembus hingga langit tak berbatas...Subhanaallah...tidak hanya itu, di sekerumunan orang tawaf, aku melihat lautan bayangan putih yang menyerupai wujud manusia begitu banyak jumlahnya juga sedang berjalan mengelilingi kabah...Takjub rasanya...aku diam terpaku, memandang tak berkedip pemandangan itu...rasanya sekitar 2 - 3  menit aku menikmatinya....Apakah ya bayangan putih itu? Malaikatkah? wawloohualam.....dan saat tersadar, aku menoleh ke samping mencari nenek tua tak dikenal tadi, lagi..lagi...dia sudah menghilang entah kemana......misah lagi deh dari rombongan....:)

Suasana haji saat itu memang sangat padat, bahkan ada yang menyebutnya haji akbar...dan memang sabar dan tawakal saja kunci menikmati semua ritual ini....Alhamdulilah, aku menjalaninya seolah sedang travelling atau dinas luar kota saja..., jadi sangat nikmat rasanya...semuanya baru, suasana, pemandangan bahkan banyak kenalan baru dari manca negara  disana karena seiring terpisah dari rombongan. Pernah aku di pelataran masjid saat terasa lapar dan haus, ada yang menghampiri wanita bercadar hitam memberiku kue dan air mineral ..Juga pernah dihampiri oleh orang seperti pengemis tua  membawa buah kurma mentah di genggaman kedua tangannya yang penuh koreng dan kudis, dan memintaku untuk menerima dan memakannya. Teringat nasihat ustad, untuk selalu berpikir positif terhadap hal hal diluar dugaan, maka aku ucapkan "syukron.." terima kurma itu dan memakannya...alhamdulilah, tidak lama demam karena sakit radang tenggorokanku sembuh, padahal sebelumnya sudah minum antibiotik tapi belum sembuh juga.. Nenek tua dalam rombonganku yang semula sakit sakitan di Indonesia bahkan sudah berwasiat jikalau meninggal di tanah suci, setiba di sana malah sehat walafiat...bahkan penyakit rematik, pengapuran, darah tingginya tidak pernah kambuh..terbukti nenek itu paling rajin ditemani anaknya tahajud dan itikaf hingga subuh di masjid hampir tiap hari...Malah aku dan jamaah lain yang lebih muda dan sehat, kalah rajin tahajudnya....Yang semula sehat, ternyata sakit tanpa diduga...Awalnya aku dititipkan ke Mas Heri sebagai ketua rombongan haji, pas di Mina setelah lempar jumroh, malah aku dan rekan rekan haji lain yang menjaganya karena tiba tiba Mas Heri mimisan dan pusing..., hampir pingsan...Untunglah kami serombongan kompak, saling tolong menolong seperti saudara sendiri...

Dan saat di Madinah, masjid Nabawi..., semakin banyak aku mendapat kenalan sesama jamaah, dan yang paling ramah adalah rombongan ibu ibu Turki...pertama kali menjejakkan kaki di pintu masjid Nabi, tiba tiba aku dipeluk dengan senyum penuh kehangatan dan dicium pipi kanan kiri ini oleh beberapa ibu ibu  Turki tak dikenal...bingung juga sih awalnya, tapi ya berpikir positif aja, aku sambut kembali kehangatan mereka. Dan menjelang ibadah sholat 40 waktu (Arbain), hatiku sempat gundah....Ya Allah, bagaimana kalau aku tidak sempurna menjalankannya, karena beberapa hari lagi akan menstruasi ... Hanya bertahan 2 hari aku meminum pil penahan menstruasi yang sudah dibeli, tapi malah badan ini semakin tidak karuan rasanya, pusing, mual, pegal pegal, dan terasa kram di perut bawah..Akhirnya aku stop minum pil tadi dan pasrah saja...apapun yang terjadi, terjadilah....toh menstruasi khan sunatullah...kodratnya wanita... dan ternyata, Allah memberikan kesempatan padaku untuk Arbain lengkap tanpa minum obat, tanpa mengalami menstruasi...setibanya di tanah air, barulah tamu bulanan itu datang...kesempatan untuk istirahat fisik...setelah letih selama 40 hari menjalankan ibadah haji disana. Pengalaman indah yang tak terlupakan......

3 komentar:

  1. bunda bikin blog nie.....meeengggg............

    BalasHapus
  2. Nyit ... pas lagi di masjidil haram kita umroh bareng .. seru .. nyit ..

    BalasHapus
  3. Allahu Akbar... Luar Biasa, q rindu panggilanMU...

    BalasHapus