Sabtu, 30 Oktober 2010

Salah Pesawat....

Baru saja minggu lalu dapat dinas luar kota ke Surabaya mengkaji survey OTDA bersama tim Bappenas, aku jadi ingat peristiwa menggelikan 2 tahun yang lalu, ketika hendak dinas ke Surabaya juga.. Saat itu aku dan tim menggunakan pesawat "X" yang ontime take off nya.. Terkejut karena tidak menyangkat akan berangkat ontime, bahkan berangkat 20 menit sebelum jam yang tertera di e-ticket, aku dan tim yang sedang asyik diskusi sambil menyeruput teh dan kue snack di lounge segera menyambar tas dan berlari tergopoh gopoh menuju pintu keberangkatan...........

Mendekati pintu keberangkatan yang ada dua sisi, kanan dan kiri, sempat aku bertanya sambil antri barisan terakhir pada pintu keberangkatan sebelah kiri ke petugasnya, "mas, ini yang mau ke surabaya ya...?"  Petugas itu menganggukan kepala sambil mengingatkan kami untuk segera bergegas masuk dalam pesawat..
"Ahh...Legaaa..akhirnya masuk pesawat juga, nggak telat ya...", ujarku ke teman duduk satu baris bangkunya. "Iya...., kalo nggak, bisa bisa ketinggalan pesawat ya...", jawabnya..

Perlahan pramugari menutup pintu masuk pesawat sambil memperagakan cara penyelamatan dan prosedur penerbangan sipil juga kepada penumpang yang duduk dekat pintu darurat sembari pilot memundurkan pesawatnya perlahan ke landasan pacu tuk take off..."Selamat siang...selamat datang di pesawat kami  yaitu pesawat "X" dengan no penerbangan sekian..sekian... tujuan Kota Padang...." ...Haaaaahhhh? Apa nggak salah denger nih? Kok Padang sih? khan mau ke Surabaya...Wah, salah pesawat nih...(panik.com...)

Rabu, 27 Oktober 2010

Kejadian di Tanah Suci ....

" hhmm...ntar aja deh kalo berangkat haji, pas anak anak udah besar, paling nggak SMA, dan usiaku sudah matang, jadi sudah siap untuk berhaji bersama keluarga utuh..."  Pernyataan itu selalu terbesit dalam hati setiap menyaksikan tayangan jutaan umat manusia di televisi sedang tawaf mengelilingi Kabah dan wukuf di Arafah...
Yah..manusia hanya bisa berkehendak, namun Allah SWT jualah yang menentukan garis hidup kita...Ternyata, panggilan menuju tanah suci untuk berhaji aku jauh lebih cepat aku dapatkan di usia yang relatif muda, 28 tahun saat itu bulan Februari 2002 karena nazar ketika sembuh dari sakit setelah melahirkan anak keduaku...Dan aku berangkat seorang diri, tanpa suami, anak, dan orang tua atau saudara, hanya karena memang Allah menghendaki dan membuka jalan bagiku untuk memenuhi janjiku pada NYA (di posting : Jalan Menuju RumahNYA..)   Perjalalanan cukup panjang dan berliku untuk berangkat haji, dan tak akan kulupa seumur hidup....

Senang, bahagia, haru, rasanya, walaupun ada perasaan sedih karena harus berangkat haji meninggalkan anak anakku yang masih kecil....dan keluarga menitipkan diriku ke  ketua rombongan yang mendampingi selama haji disana sebagai muhrimku..Saat berangkat, di  bulan Februari 2002 Jakarta dilanda banjir besar.., yang membuat aku dan rombongan terpaksa membuka alas kaki, melipat celana panjang nyemplung di air setinggi lutut, menaiki bis yang dicharter untuk ke pondokan haji di Pondok Gede..Alhamdulilah, perjalanan ke pondokan lancar dan saat pesawat akan lepas landas meninggalkan Jakarta menuju King Abdul Azis, Arab Saudi, di kaca pesawat perlahan lahan bayangan anak anakku muncul dengan senyumnya seolah memberiku semangat..."Ya Allah...terimakasih Engkau telah menuntunku untuk ke rumahMu, aku titipkan semua yang kutinggalkan di tanah air padaMu...dan pertemukanlah kami kembali setelah berhaji dengan sehat dan selamat....."    hanya itu yang bisa kuucapkan sambil menghapus tetesan air di pipi....

Selasa, 26 Oktober 2010

Jalan menuju rumahNYA

" Ayo bu...dorong yang kuat, ambil nafas dan dorong lagi..., tali pusarnya sudah lepas dari bayi ibu..tinggal keluar sebentar lagi bu...yaaaa...terus bu...dorong yang kuaatt..." Itulah kata kata motivasi suster yang berada di kanan dan kiri tempat tidurku di ruang bersalin salah satu rumah bersalin ibu dan anak di Jakarta..Dan dengan sepenuh tenaga, dibantu doa juga olah nafas dari senam hamil dulu, dengan peluh yang membasahi seluruh wajah dan tubuhku..., menahan segala rasa sakit, dan mulas yang sudah terasa sejak siang, setelah pembukaan jalan lahir..lahirlah anakku yang kedua tepat pada pukul 4.12 pagi hari.., tanggal 25 Juni 2001.. Alhamdulilah.., lengkaplah sudah peranku sebagai wanita, dan anugerah ilahi dengan genapnya sepasang anakku, yang pertama laki laki yang saat itu berusia 2.5 tahun,  dan bayi yang baru dilahirkan perempuan mungil dan cantik..Entah kenapa, kedua anakku lahir dengan kondisi terbelit tali pusar, dan semuanya dilahirkan normal, dokter kandunganku tidak menganjurkan caesar...Dan tentunya, perjuangan tersendiri utk melahirkan normal dua bayi dengan kondisi  terbelit seperti itu....Syukurlah semua lahir dengan selamat...

Tidak seperti kelahiran anak pertama dan proses merawat dan mengasuhnya, kelahiran anak kedua ini membawa ujian tersendiri bagiku..... Ketika bayi mungilku berusia 1.5 bulan, aku tidak bisa tidur, insomnia berat, malam begadang, bahkan siang juga sulit untuk terpejam...sudah beberapa dokter baik kandungan, syaraf, bahkan hingga psikiater saya datangi tuk berobat..dan ternyata, hasilnya setelah konsul ke psikiater, kondisiku bukan bertambah baik, tapi malah mengalami ketergantungan terhadap obat penenang, anti depresan yang diberikan padaku...hingga aku tidak bisa lagi lepas dari obat anti depresan itu..valium dan turunannya dengan dosis cukup tinggi Sudah diduga, bayiku sejak usia 1.5 bulan tidak bisa lagi diberikan ASI, karena produksi ASI yang tidak baik ditambah dengan konsumsi obat obatan yang khawatir akan ada efek samping bagi anakku.