Senin, 01 November 2010

"Guru Besar" di Masjid UI : Bu Jenab

Kuterbangun dari tidur nyenyak jam 3 dini hari..., Alhamdulilah bisa menghadap dan curhat kepada NYA hingga Subuh, menyiapkan sarapan dan membangunkan anak anak agar bersiap ke sekolah. Setelah semua beres, rasanya ada panggilan tuk buka laptop dan mengetik blog ini. Kegiatanku kemarin tidak terlalu padat, dimulai dengan menerobos kemacetan pagi tuk rapat di Pertamina Geothermal Energy di Sky Building Thamrin, lalu ketemu klien di Kwitang pas lunch time, dan lanjut menyambangi basecamp kampus UI Salemba, belajar dari  senior di Pasca Sarjana Ilmu Manajemen dan juga sang "Guru Besar" Bu Jenab beserta anak, ponakan dan saudara "keluarga besarnya"..., ditutup dengan kegiatan terakhir mampir ke Bank dan rileks menghilangkan kepenatan di Martha Tillaar Kelapa Gading..

Aku mengenal bu Jenab sang "Guru Besar" ini cukup lama hingga sekarang sudah 15 tahunan, sejak kuliah  meraih gelar M.E. (Magister Ekonomi) di program pasca sarjana UI Salemba, Ilmu Manajemen  (1995-1997). Ia merantau dari kampung asalnya Padang Pariaman ke Jakarta, tinggal di Priok menikah dengan pria yang menyakitinya pergi dengan wanita lain hingga saat ini karena tidak bisa memberikan keturunan.Garis tangan membawanya ke mesjid Arief Rahman Hakim UI (ARH) sebagai salah satu pengurus masjid, melayani jamaah yang singgah untuk sholat, meminjam mukena, menjaga kebersihannya sambil berjualan  minuman dan snack ala kadarnya di emperan beralaskan koran dan kardus bekas.

Ternyata, Allah SWT "memberikannya anak" pada bu Jenab tanggal  7 September 1990. Ada orang yang meninggalkan bayi di teras masjid ARH UI saat hujan dan petir menggelegar..Dengan penuh suka cita, dirawat dan dibesarkannya bayi merah perempuan mungil tadi seperti anak kandungnya sendiri dan diberi nama Dewi Sartika. Aku mengenal Dewi sejak berumur 5 tahun hingga sekarang usia 20 tahun dan sebentar lagi akan menikah medio Januari 2011.

Sejak Bu Jenab menemukan Dewi ditemukan tergeletak di teras masjid, ia menyekolahkan dan mendidiknya penuh kasih sayang hingga kini tamat SMA sebagai "Single Parent". Keseharian Dewi saat ini di lingkungan mesjid ARH membantu kesibukan bu Jenab asongan sambil belajar menjadi penunggu bursa buku ARH UI. Keponakannya Yusuf, sekarang mengojek motor bersama bang Ramli yang dulunya penjaga masjid juga. Mengetahui itu semua saat bersilaturahmi, aku turut bergembira. Dewi akan menikah, Yusuf dan bang Ramli sudah punya penghasilan sendiri narik ojeg.    


Kalau kita hitung - hitung secara matematika dengan ilmu manusia yang sangat terbatas ini, penghasilan bersih bu Jenab sebagai penjual asongan minuman dan snack juga kue titipan di teras mesjid tidak besar dan tidak menentu. Per hari antara 10 hingga 20 ribuan. Tambahan penghasilannya ada dari memungut koran bekas alas jamaah di pelataran halaman kampus setiap sehabis Jumatan untuk dijual dan ditimbang ke pengepul barang bekas berkisar 8 hingga 15 ribuan. Penghasilan sebesar itu sangat "pas pas-an" di Jakarta untuk bertahan hidup bersama Dewi dan ponakannya, juga biaya  mengontrak rumah bedeng semi permanen di gang Kenari samping kampus Gunadharma. Harta berharganya adalah kalung emas kuning 10 gram yang ia wariskan untuk Dewi anaknya sekolah. "Dewi harus sekolah mbak, jangan jadi orang bodoh seperti saya yang SD aja nggak tamat...Saya sekolahkan Dewi semampu saya selama masih ada nafas...", ujarnya padaku.  Bahkan, ia masih menyantuni saudara saudaranya yang menjadi anak yatim piatu. Subhanallah...Luar biasa...

Sering kita tidak sadar, bahwa Allah itu Maha Pemurah dan Maha Kaya..IA memberikan rizki kepada siapa saja juga Bu Jenab, dari arah yang tidak diduga dan disangka lewat infaq, sedekah dari para pengunjung masjid ARH UI yang sebagian besar mahasiswa... Aaahh, luar biasa Bu Jenab ini..pantang meminta, tetapi selalu memberi kepada sesama..  Bahkan sering aku lihat sendiri, rizki yang ia dapatkan disedekahkan kembali kepada orang lain, kepada ustad dan pengurus mesjid yang membutuhkan..juga kepada dermawan yang memberinya sedekah dengan membalas memberikan minuman dan kue jualannya. "Bawa aja  minuman dan donat ini untuk bocah dijalan, takut haus dan lapar, perjalanan jauh..."

Berkaca dari Bu Jenab, aku salut padanya. Bagiku ia adalah "Guru Besar" kehidupan yang tanpa perlu mengenyam kuliah S1, S2 bahkan S3 di kampus UI. Dari Bu Jenab, aku belajar banyak "materi kuliah kehidupan" yang tidak kudapatkan saat kuliah di Pasca Sarjana Manajemen UI...Pantang  menyerah, pantang meminta minta, bekerja keras untuk mendapatkan rizki yang halal,  keikhlasan untuk berbagi terhadap sesama dan tawakal atas segala ketentuan hidup yang sudah digariskan Allah SWT..Ia menjadi sosok yang memberiku semangat hidup tersendiri untuk lebih tegar, optimis dalam melangkah dan menjalani kehidupanku hingga kini juga berbagi terhadap sesama...

Bu Jenab berkata, " Walaupun saya miskin dan hidup pas pasan, Insyaallah saya tidak akan menyusahkan orang lain, malah akan bantu orang yang kesusahan sebisanya. Kalo pas nggak ada uang, ya saya ikhlaskan jualan saya, tenaga saya..Yang ada dipikiran saya tiap hari cuma untuk nabung di akhirat nanti. Ngga tau umur khan mbak? Mana tau ini pertemuan kita terakhir..Wawloohualam...Lega bisa membesarkan Dewi sampai melepasnya nanti menikah pertengahan Januari tahun depan. Cita cita saya cuma itu..bisa melihat Dewi yang saya sayang menikah dan bahagia..Mudah mudahan Allah masih memberikan saya umur panjang untuk gendong cucu..."

Lantas, bagaimana dengan  kita yang memiliki kehidupan jauh lebih baik dari Bu Jenab?
Sudahkah kita mempersiapkan tabungan akhirat nanti?
Sudah kemana saja titipan harta dari NYA yang kita miliki untuk dinafkahkan?
Sudah sejauhmana kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan selama hidup ini?

Aahh...Bu Jenab...bu Jenab...."Guru Besar" Masjid UI........:))

8 komentar:

  1. I Like..it.

    Alqur'an memang tidak sebatas yang tertulis/Tersurat Makna yang tersurat tersebar luas. Begitu Juga "Ilmu dan kesuksesan" tidakharus di tempuh dengan "S1 S2 S3 Es cemut" Tapi pandai2lah kita belajar dari lingkungan Sekitar... "Allah menebarkan Ilmu dan Pengetahuan itu berserakan... Tergantung siapa yang mau memungutinya sbag bekal untuk kehidupan di dunia dan akherat".

    Selamat dan Sukses untuk Ibu.
    Salam

    BalasHapus
  2. I Like..it.

    Alqur'an memang tidak sebatas yang tertulis/Tersurat Makna yang tersirat tersebar luas. Begitu Juga "Ilmu dan kesuksesan" tidakharus di tempuh dengan "S1 S2 S3 Es cemut" Tapi pandai2lah kita belajar dari lingkungan Sekitar... "Allah menebarkan Ilmu dan Pengetahuan itu berserakan... Tergantung siapa yang mau memungutinya sbag bekal untuk kehidupan di dunia dan akherat".

    Selamat dan Sukses untuk Ibu.
    Salam

    BalasHapus
  3. Iya...terimakasih atas tanggapannya...insyaalah kita senantiasa saling mengingatkan di jalan kebajikan..amien..sukses juga ya..

    BalasHapus
  4. betty nova nurbaiti2 November 2010 pukul 17.51

    semoga kita termasuk orang orang yang selalu bersyukur...Amien..:)

    BalasHapus
  5. bu jenab is the best!

    fredi

    BalasHapus
  6. alhmdllah tgl 13 feb 2011 kemarin saya sempat brtemu bu jenab. sambil menunggu suami saya menjemput ke arh ui...subhanallah :)

    BalasHapus
  7. bu jenab pokoknya is the best!. salut

    BalasHapus
  8. Asalamualaikum" ka mbak/tante jujur saya bacanya aja sampai sedih karna ini sangat menyentuh batin saya,
    saya lahir thn 1987 dan samapi detik ini saya belum ketemu orang tua saya/sanak saudara saya dan umur saya juga gak jelas karna selama hidup saya di urus orang lain apa mungkin saya juga termasuk anak yg terbuang.
    ka mbak/tante apa yg harus saya lakukan? saya tau ka mbak/tante org pintar/org berpendidikan saya minta solusinya.
    sebenarnya kehidupan saya sangat berlikaliku antara jelas dan tak jelas.

    BalasHapus